Kartu Kredit & Debit Ditinggal? Kalah dari Digital Payment

 

Data terbaru menunjukkan orang lebih memilik pembayaran digital atau secara elektronik dibanding melalui debit card atau credit card. Direktur Informatika Technology Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans mengatakan, dari data yang dimilikinya,pembayaran Indonesia saat ini masih didominasi dengan pembayaran tunai atau cash.Berdasarkan transaksi per kapita pada 2017, Indonesia tercatat hanya melakukan transaksi 25 kali. Jauh lebih rendah dari negara tetangga seperti Singapura yang tercatat telah melakukan 748 kali transaksi non tunai, Malaysia 96 kali, dan Thailand 63 kali.
Kemudian seiring berjalannya waktu, transaksi melalui digital kian pesat. Menurut Rico, pembayaran secara elektronik atau e-payment sangat penting untuk bisa mengurangi shadow ekonomi dan bisa meningkatkan pertumbuhan domestik bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) "Ada satu studi, apabila meningkatkan e-payment, GDP kita bisa naik 10% sampai 15%," jelas Rico dalam satu diskusi virtual, Sabtu (25/7/2020).
Misalnya saja, kata Rico apabila Indonesia bisa meningkatkan transaksi hingga lima kali lebih besar, maka bisa menaikan PDB hingga US$ 5 juta. Atau misalkan dinaikan 15 kali lebih besar, maka PDB juga akan naik sebesar US$ 15 juta.

Kendati demikian saat ini mungkin pembayaaran berbasis kartu, seperti debit card atau credit card akan usang dan ditinggalkan oleh banyak masyarakat di Indonesia. Pasalnya, berdasarkan data pada 2019 saja misalnya, masyarakat Indonesia hanya menggunakan ATM Card sebanyak kurang lebih sekitar 6.980. 
Sementara penggunaan credit card tercatat 17.487. Kemudian penggunaan ATM plus Debit Card sebanyak 174.445. 
Dan penggunaan uang elektronik yang bukan dari non bank sebanyak kurang lebih 292.299.
"Kalau kita bandingkan pembayaran ATM, transaksi ATM plus debit card, ini cenderung flat ATM card, credit card juga flat. ATM plus debit card card memang naik, tapi sekarang disalip dengan uang elektronik," jelas Rico.
Melejitnya transaksi uang elektronik itu kendati demikian bukan berasal dari perbankan, tapi justru berasal dari non bank yang kebanyakan mereka adalah pemain financial technology. "Uang elekronik ini dominasinya bukan perbankan, tapi nonbank. Sejak 2018, non bank ini sudah menyalip perbankan. Memang perbankan lebih banyak fokusnya ke e-money based. Kalau non bank lebih banyak di fintech. Terlepas dari itu, angkanya secara instrumen, jumlahnya lebih besar dari non perbankan," ungkap Rico.

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200725164915-37-175402/kartu-kredit-debit-ditinggal-kalah-dari-digital-payment

Back
Chat with us on WhatsApp